Thursday, 31 March 2016

Peristiwa Pemberontakan di Indonesia Bag. II

Assalammualaikum, Wr. Wb
Selamat Siang
Saya akan melanjutkan Threads yang lalu tentang Pemberontakan di Indonesia

- Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah
seperti di Jawa Barat, unsur-unsur pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah sudah mulai ada sejak masa perang kemerdekaan. Di jawa tengah, pemberontakan DI/TII terjadi di berbagai daerah

Pada mulanya pemberontakan DI/TII di Jawa tengah di pimpin oleh Amir Fatah. Gerakan Amir Fatah yang menamakan diri Majelis Islam bergerak di daerah Brebes, Tegal, dan Pekalongan. Setelah bergabung dengan Kartosuwiryo, Amir Fatah diangkat sebagai Komandan Pertempuran Jawa Tengah.

Sementara itu, di daerah Kebumen terjadi pemberontakan yang digerakan Angkatan Umat Islam yang dipimpin oleh Moh. Mahfudz Abdul Rachman (Kyai Somolangu). Pemberontakan ini dapat ditumpas dalam waktu tiga bulan. Sisa-sisa laskar yang lolos bergabung dengan DI/TII Kartosuwiryo.

Pada Mulanya gerakan DI/TII di Jawa Tengah sudah mulai terdesak oleh TNI. Akan tetapi, pada bulan Desember 1951 mereka menjadi kuat kembali karena mendapat bantuan dari Batalyon 426. Batalyon 426 di daerah Kudus dan Magelang memberontak dan menggabungkan diri dengan DI/TII. Kekuatan batalyon pemberontak ini dapat dihancurkan. Sisa-sisanya lari ke Jawa Barat bergabung dengan DI/TII Katosuwiryo.

Sementara itu, di daerah Merapi dan Merbabu terjadi kerusuhan yang dilakukan gerakan Merapi Merbabu Complex (MMC). Gerakan ini dapat dihancurkan TNI pada bulan April 1952. Sisa - Sisanya menggabungkan diri dengan DI/TII. Kekuatan DI/TII di daerah Jawa Tengah yang semula dapat di patahkan justru menjadi kuat kembali karena bergabungnya sisa - sisa Batalyon 426.

Untuk mengatasi pemberontakan itu, segera dibentukan pasukan Banteng Raiders. Pasukan itu kemudian mengadakan operasi kilat yang dinamakan Gerakan Banteng Negara (GBN). Pada tahun 1954, gerakan DI/TII di Jawa Tengah dapat dihancurkan setelah pusat kekuatan gerakan DI/TII di perbatasan Pekalongan-Banyumas Dihancurkan.

-Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan.
Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan dikobarkan oleh Ibnu Hadjar, seorang bekas Letnan Dua TNI. Ia Memberontak dan menyatakan gerakannya sebagai bagian DI/TII Kartosuwiryo. Dengan pasukan yang dinamakannya Kesatuan Rakyat yang Tertindas, Ibnu Hadjar menyerang pos-pos kesatuan tentara di Kalimantan Selatan  dan melakukan tindakan pengacauan pada bulan Oktober 1950.

Pemerintah memberi kesempatan kepada Ibnu Hadjar untuk menghentikan pemberontakannya secara baik-baik. Ia pernah menyerahkan diri dengan pasukannya, Ia diterima kembali ke dalam Angkatan Perang Republik Indonesia. Namun ia melarikan diri dan melanjutkan pemberontakan. Pemerintah RI akhirnya mengambil tindakan tegas. Pada akhir tahun1959, pasukan gerombolan Ibnu Hadjar dapat dimusnahkan. Ibnu Hadjar sendiri ditangkap.

-Pemberontakan DI/TII di Aceh.
Pemberontakan DI/TII di aceh dipimpin oleh Tengku Daud Beureueh. Pemberontakan meletus karena kekhawatiran akan kehilangan kedudukana dan perasaan kecewa diturunkannya kedudukan Aceh dari daerahn istimewa menjadi karesidenan di bawah Provinsi Sumatra Utara.

Semula Tengku Daud Beureueh adalah Guberur Militer daerah istimewa aceh. Ketika pada tahun 1950, kedudukan aceh diturunkan dari pronvinsi menjadi Karesidenan, Daud Beureuh tidak puas karena jabatanya diturunkan. Pada tanggal 20 September 1953. Daud Beureuh mengeluarkan maklumat yang menyatakan bahwa Aceh merupakan negara bagian NII di bawah Kartosuwiryo. Setelah itu, Tengku Daud Beureuh Mengadakan gerakan dan mempengaruhi rakyat melalui propaganda bernada negatif terhadap pemerintah RI.

Untuk menghadapi gerakan itu, Pemerintah RI mengirim pasukan yang dilengkapi persenjataan lengkap. Setelah beberapa tahun dikepung, baru pada tanggal 21 Desember 1962 tercapailah Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh. Banyak dari gerombolan itu yang kembali ke pengakuan RI. Dengan demikian, pemberontakan DI/TII di Aceh dapat diselesaikan dengan cara damai. pemimpin dari gerakan ini pun setuju untuk kembali ke pengakuan RI. prakarsa penyelesaian Aceh tersebut dipimpin oleh Kolonel M. Jasin, Panglima Kodam I Iskandar Muda.

-Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan
Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan di pimpin oleh Kahar Muzakar. Kahar Muzakar adalah seorang pejuang kemerdekaan yang selama perang Kemerdekaan ikut berjuang di Pulau Jawa. Setelah Proklamasi kemerdekaan Kahar Muzakar kembali ke Sulawesi Selatan. Ia berhasil menghimpun dan memimpin laskar-laskar geriliya di Sulawesi Selatan. Laskar- laskar itu bergabung dalam Komando Gerliya Sulawesi Selatan (KGSS).

Pada Tanggal 30 April 1950, Kahar Muzakar mengirim surat kepada pemerintah dan pimpinan APRIS. Ia meminta agar semua Anggota KGSS dimasukkan dalam APRIS dengan nama Brigade Hasannudin. Permintaan itu ditolak karena hanya mereka yang lulus dalam penyaringan saja yang dapat diterima dalam APRIS. Pemerintah mengambil kebijaksanaan untuk menyalurkan bekas gerilyawan  ke dalam Korps Cadangan Nasional. Kahar Muzakar sendiri diberi pangkat Letnan Kolonel.

Pendekatan-pendekatan yang dilakukan pemerintah tampaknya akan membawa hasil. Akann tetapi, pada saat akan dilantik, Kahar Muzakar bersama anak buahnya melarikan diri ke hutan dengan mebawa berbagai peralatan yang diberikan. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 17 Agustus 1951. Pada bulan Januari 1952, Kahar Muzakar menyatakan daerah Sulawesi Selatan sebagai bagian dari NEgara Islam Indonesia di bawah Pimpinan Kartosuwiryo.

Pemerintah memutuskan untuk mengambil tindakan tegas dan mulai melancarkan Operasi Militer. Operasi Penumpasan pemberontakan Kahar Muzakar memakan waktu yang lama. Pada Bulan Februari 1965, Kahar Muzakar tewas dalam suatu penyerbuan, Bulan Juli 1965, Gerungan (orang kedua setelah Kahar Muzakar) dapat ditangkap. Dengan demikian, berakhirlah pemberontakan DI/TII

Sekian dulu Threads dari saya, Mohon Maaf bila ada kesalahan penulisan. Semoga saya bisa melanjutkan Threads Berikutnya yang membahas G30S PKI. Terimakasih.

Wassalammualaikum, Wr.Wb

2 comments :