Monday 5 March 2018

Tantangan Awal Kemerdekaan

Assalammualaikum, Wr.Wb
Selamat pagi para pengunjung blog ini.
Pada Kesempatan hari ini saya akan membahas tentang Tantangan Awal Kemerdekaan Kita langsung ke pembahasan-nya.

Tantangan Awal Kemerdekaan
Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 bukan titik akhir perjuangan bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Belanda yang telah ratusan tahun merasakan kekayaan Indonesia enggan mengakui kemerdekaan Indonesia. Sekutu yang telah memenangkan Perang Dunia II merasa memiliki hak atas nasib bangsa Indonesia. Belanda mencoba masuk kembali ke Indonesia dan menancapkan kolonialisme dan imperialismenya. Sementara kondisi sosial ekonomi Indonesia masih sangat memprihatinkan, perangkat-perangkat kenegaraan juga baru dibentuk, Indonesia ibarat bayi baru lahir masih lemah, tetapi merdeka adalah harga mati. Berbagai upaya bangsa asing untuk menguasai kembali bangsa Indonesia ditentang dengan berbagai cara. Pertempuran heroik dengan korban ribuan jiwa terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Tidak terhitung dengan jelas berapa jumlah korban jiwa dari pertempuran mempertahankan bangsa Indonesia tersebut, bahkan banyak pahlawan tidak dikenal yang berguguran. Nah, bagaimana kondisi awal Indonesia merdeka dan bagaimana proses perjuangan bangsa Indonesia berikutnya?

1.  Kondisi Awal Indonesia Merdeka
Secara politis keadaan Indonesia pada awal kemerdekaan belum begitu mapan. Ketegangan, kekacauan, dan berbagai insiden masih terus terjadi. Hal ini tidak lain karena masih ada kekuatan asing yang tidak rela kalau Indonesia merdeka. Sebagai contoh rakyat Indonesia masih harus bentrok dengan sisa-sisa kekuatan Jepang. Jepang beralasan bahwa ia diminta oleh Sekutu agar tetap menjaga Indonesia dalam keadaan status quo. Di samping menghadapi kekuatan Jepang, bangsa Indonesia harus berhadapan dengan tentara Inggris atas nama Sekutu, dan juga Belanda atau NICA (Netherlands Indies Civil Administration) yang berhasil datang kembali ke Indonesia dengan membonceng Sekutu. Pemerintahan memang telah terbentuk, beberapa alat kelengkapan negara juga sudah tersedia, tetapi karena baru awal kemerdekaan tentu masih banyak kekurangan. PPKI yang keanggotaannya sudah disempurnakan berhasil mengadakan sidang untuk mengesahkan UUD dan memilih Presiden-Wakil Presiden. Bahkan, untuk menjaga keamanan negara juga telah dibentuk TNI.
Kondisi perekonomian negara masih sangat memprihatinkan sehingga terjadi inflasi yang cukup berat. Hal ini dipicu karena peredaran mata uang rupiah Jepang yang tak terkendali, sementara nilai tukarnya sangat rendah. Permerintah RI sendiri tidak bisa melarang beredarnya mata uang tersebut, mengingat Indonesia sendiri belum memiliki mata uang sendiri. Sementara kas pemerintah kosong, waktu itu berlaku tiga jenis mata uang, yaitu De Javasche Bank, uang pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang rupiah Jepang. Bahkan, setelah NICA datang ke Indonesia juga memberlakukan mata uang NICA. Kondisi perekonomian ini semakin parah karena adanya blokade yang dilakukan NICA. Belanda juga terus memberi tekanan dan teror terhadap pemerintah Indonesia. Inilah yang menyebabkan Jakarta semakin kacau sehingga pada tanggal 4 Januari 1946 Ibu Kota RI pindah ke Yogyakarta. Kemudian untuk mengatasi keadaan keuangan, pada 1 Oktober 1946 Indonesia mengeluarkan uang RI yang disebut ORI (Oeang Republik Indonesia). Sementara itu uang NICA dinyatakan sebagai alat tukar yang tidak sah.
Struktur kehidupan masyarakat mulai mengalami perubahan, tidak ada lagi diskriminasi. Semua memiliki hak dan kewajiban yang sama. Sementara dalam hal pendidikan, pemerintah mulai menyelenggarakan pendidikan yang diselaraskan dengan alam kemerdekaan. Menteri Pendidikan dan Pengajaran juga sudah diangkat.

2.  Kedatangan Sekutu dan Belanda
Tentu kamu masih ingat bagaimana Jepang menyerah kepada Sekutu. Penyerahan Jepang kepada Sekutu tanpa syarat tanggal 14 Agustus 1945 membuat analogi bahwa Sekutu memiliki hak atas kekuasaan Jepang di berbagai wilayah, terutama wilayah yang sebelumnya merupakan jajahan negara-negara yang masuk dalam Sekutu. Belanda adalah salah satu negara yang berada di kelompok Sekutu. Apakah kamu masih ingat bagaimana Belanda saat kalah dan menyerahkan kekuasaan kepada Jepang? Apakah Belanda kembali ke tanah airnya? Setelah Belanda kalah dengan Jepang, mereka melarikan diri ke Australia.
Bagaimana kondisi Indonesia setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu? Bagi Sekutu dan Belanda, Indonesia dalam masa vacum of power atau kekosongan pemerintahan. Karena itu, logika Belanda adalah kembali berkuasa atas Indonesia seperti sebelum Indonesia direbut Jepang. Dengan kata lain, Belanda ingin menjajah kembali Indonesia. Bagi Sekutu, setelah selesai PD II, maka negara-negara bekas jajahan Jepang merupakan tanggung jawab Sekutu. Sekutu memiliki tanggung jawab perlucutan senjata tentara Jepang, memulangkan tentara Jepang, dan melakukan normalisasi kondisi bekas jajahan Jepang? Bayangan Belanda tentang Indonesia jauh dari kenyataan. Faktanya, rakyat Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Kondisi ini tentu bertolak belakang dengan bayangan Belanda dan Sekutu. Karena itu, dapat diprediksi kejadian berikutnya, yakni akan terjadi pertentangan atau konflik antara Indonesia dengan Sekutu ataupun Belanda.
Bagaimana dampak kedatangan Sekutu ke Indonesia? Sekutu masuk ke Indonesia diboncengi NICA. Mereka masuk melalui beberapa pintu wilayah Indonesia terutama daerah yang merupakan pusat pemerintahan pendudukan Jepang seperti Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Setelah PD II, terjadi perundingan Belanda dengan Inggris di London yang menghasilkan Civil Affairs Agreement. Isinya tentang pengaturan penyerahan kembali Indonesia dari pihak Inggris kepada Belanda, khusus yang menyangkut daerah Sumatra sebagai daerah yang berada di bawah pengawasan SEAC (South East Asia Command). Di dalam perundingan itu dijelaskan langkahlangkah yang ditempuh :
a. Fase pertama, tentara Sekutu akan mengadakan operasi militer untuk memulihkan keamanan dan ketertiban.
b. Fase kedua, setelah keadaan normal pejabat-pejabat NICA akan mengambil alih tanggung jawab koloni itu dari pihak Inggris yang mewakili Sekutu.
Setelah diketahui Jepang menyerah pada tanggal 15 Agustus 1945, maka Belanda mendesak Inggris agar segera mensahkan hasil perundingan tersebut. Pada tanggal 24 Agustus 1945 hasil perundingan tersebut disahkan.
Berdasarkan Persetujuan Potsdam, isi Civil Affairs Agreement diperluas. Inggris bertanggung jawab untuk seluruh Indonesia termasuk daerah yang berada di bawah pengawasan SWPAC ( South West Pasific Areas Command ).
Untuk melaksanakan isi Perjanjian Potsdam, maka pihak SWPAC di bawah Lord Louis Mountbatten di Singapura segera mengatur pendaratan tentara Sekutu di Indonesia. Kemudian pada tanggal 16 September 1945, wakil Mountbatten, yakni Laksamana Muda WR Patterson dengan menumpang Kapal Cumberland, mendarat di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Dalam rombongan Patterson ikut serta Van Der Plass seorang Belanda yang mewakili H.J. Van Mook (Pemimpin NICA). » Pada saat perundingan antara Belanda dan Inggris di London, Parlemen Inggris telah memutuskan kepada Pemerintah Inggris untuk tidak menggunakan pasukannya untuk membantu pihak lain selain untuk melaksanakan tugas Sekutu.
Setelah informasi dan persiapan dipandang cukup, maka Louis Mountbatten membentuk pasukan komando khusus yang disebut AFNEI ( Allied Forces Netherlands East Indiers ) di bawah pimpinan Letnan Jenderal Sir Philip Christison. Mereka tergabung di dalam pasukan tentara Inggris yang berkebangsaan India, yang sering disebut sebagai tentara Gurkha. Tugas tentara AFNEI :
a. menerima penyerahan kekuasaan tentara Jepang tanpa syarat.
b. membebaskan para tawanan perang dan interniran Sekutu;
c. melucuti dan mengumpulkan orang-orang Jepang untuk dipulangkan ke negerinya;
d. menegakkan dan mempertahankan keadaan damai, menciptakan ketertiban, dan keamanan, untuk kemudian diserahkan kepada pemerintahan sipil; dan
e. mengumpulkan keterangan tentang penjahat perang untuk kemudian diadili sesuai hukum yang berlaku.
Pasukan Sekutu yang tergabung dalam AFNEI mendarat di Jakarta pada tanggal 29 September 1945. Kekuatan pasukan AFNEI dibagi menjadi tiga divisi, yaitu sebagai berikut. a. Divisi India 23 di bawah pimpinan Jenderal D.C Hawthorn. Daerah tugasnya di Jawa bagian barat dan berpusat di Jakarta.
b. Divisi India 5 di bawah komando Jenderal E.C Mansergh bertugas di Jawa bagian timur dan berpusat di Surabaya.
c. Divisi India 26 di bawah komando Jenderal H.M Chambers, bertugas di Sumatra, pusatnya ada di Medan.
Kedatangan tentara Sekutu diboncengi NICA yang akan menegakkan kembali kekuatannya di Indonesia. Hal ini menimbulkan kecurigaan terhadap Sekutu dan bersikap anti Belanda.
Sementara Christison sebagai pemimpin AFNEI menyadari bahwa untuk menjalankan tugasnya tidak mungkin tanpa bantuan pemerintah RI. Oleh karena itu, Christison bersedia berunding dengan pemerintah RI. Selanjutnya, Christison pada tanggal 1 Oktober 1945 mengeluarkan pernyataan pengakuan secara de facto tentang negara Indonesia. Namun, dalam kenyataannya pernyataan tersebut banyak dilanggarnya.


ya, tadilah adalah Tantangan Awal Kemerdekaan.. Semoga kita bisa menambah wawasan tentang ilmu sejarah Indonesia. mohon maaf bila ada kesalahan kata atau kalimat pada pembahasan ini. Terimakasih
Wassalammualaikum, Wr.Wb




Tuesday 7 June 2016

Serangan Umum 1 Maret 1949

Assalammualaikum, Wr.Wb
Selamat pagi para pengunjung blog ini.
Pada Kesempatan hari ini saya akan membahas tentang Serangan umum 1 Maret 1949. Kita langsung ke pembahasan-nya.

Serangan Umum 1 Maret 1949.
Serangan Umum 1 Maret dilancarkan oleh pasukan RI untuk merebut kembali Kota Yogyakarta (Ibu kota Republik Indonesia) yang dikuasai oleh Belanda sejak agresi militer ke-2.

Beberapa waktu sebelum serangan umum dilancarkan, Letkol Soeharto sebagai komandan Brigade 10 melakukan komunikasi dan koordinasi dengan penggagas-nya, yaitu Sri Sultan Hamengkubuwono IX (Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta). Koordinasi itu penting untuk menyusun strategi serangan umum 1 Maret 1949. Selain itu, beberapa kesatuan diperintahkan untuk menyusup kedalam kota Yogyakarta, di antaranya adalah kesatuan khusus di bawah pimpinan Kapten Widodo.  Beliau bertugas untuk memutuskan hubungan antara pos-pos penjaga Belanda di dalam kota, diantara lain dengan memasang ranjau darat.

Untuk mempermudah koordinasi penyerangan , wilayah penyerangan dibagi 5, yaitu:
  1. Sektor Barat, dipimpin oleh Letkol Vence Sumual.
  2. Sektor Selatan, dipimpin oleh Mayor Sarjono.
  3. Sektor Utara, dipimpin oleh Mayor Kusno.
  4. Sektor kota, dipimpin oleh Letnan Amir Murtono dan Letnan Marsudi
  5. Sektor Barat, di bawah pimpinan Letkol Soeharto (Sampai perbatasan Malioboro)
Yang dijadikan patokan sebagai tanda mulainya serangan adalah bunyi sirene puku 06.00 pagi yang biasa dibunyikan di kota Yogyakarta waktu itu. Pasukan Belanda tidak menduga akan ada serangan, sehingga dalam waktu yang relatif singkat pasukan TNI berhasil memukul mundur semua posisi pasukan Belanda dan memaksa mereka bertahan dalam markas-nya di dalam kota Yogyakarta. Pasukan TNI berhasil menduduki kota Yogyakarta selam 6 Jam, sesuai dengan rencana semula, sekitar pukul 12.00. TNI mulai mundur keluar kota sebelum pasukan Belanda tiba.

Berita serangan ini disiarkan keluar melalui pemancar radio di Wonosari. Waktu Belanda melancarkan serangan batasan , pemancar radio tersebut menjadi sasaran utama. Peristiwa serangan umum 1 Maret 1949 ini juga dilaporkan oleh R. Sumardi ke pemerintah PDRI di Bukittinggi melalui radiogram. Berita ini kemudain disampaikan kepada Diplomat RI New York.

Serangan umum 1 Maret mempunyai arti penting, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Serangan umum 1 Maret mencapai tujuannya yaitu:

- Kedalam

  1. Mendukung perjuangan Diplomasi
  2. Meninggikan semangat rakyat dan TNI yang sedang bergerilya
  3. secara tidak langsung telah mempengaruhi sikap para pemimpin negara fedreal bentukan Belanda (Seperti negara Pasundan, negara Sumatra Timur, dan Negara Indonesia Timur) Yang bergabung dalam Bijeenkomst Federal Voor Overleg (BFO)
- Ke luar

  1. Menunjukan kepada dunia Internasional bahwa TNI masih ada dan mampu mengadakan serangan
  2. Mematahkan moral pasukan Belanda.

ya, tadilah adalah Serangan Umum 1 Maret 1949. Semoga kita bisa menambah wawasan tentang ilmu sejarah Indonesia. mohon maaf bila ada kesalahan kata atau kalimat pada pembahasan ini. Terimakasih

Thursday 2 June 2016

Agresi Militer Belanda

Assalammu'alaikum Wr.Wb
Selamat siang
Pada kesempatan kali ini, saya akan membahas tentang Agresi Militer Belanda Ke-1 dan Ke-2. langsung saja kita bahas

Agresi Militer Belanda I
Perselisihan pendapat akibat penafsiran ketentuan-ketentuan dalam persetujuan Linggarjati makin memuncak. Belanda berusaha untuk menyelesaikan "masalah Indonesia" dengan cepat.

Pada tanggal 27 Maret 1947, Belanda mengirimkan nota kepada pemerintah Republik Indonesia. Nota itu berupa Ultimatum yang harus dijawab dalam waktu 14 hari. isi Nota tersebut berisi:
  • Membentuk pemerintahan Ad interim bersama.
  • Mengeluarkan uang bersama dan mendirikan lembaga devisi bersama.
  • Republik Indonesia harus mengirimkan beras untuk rakyat di daerah-daerah yang diduduki Belanda.
  • Menyelenggarakan keamanan  dan ketertiban bersama, termasuk daerah - daerah Republik Indonesia yang memerlukan bantuan Belanda (Gendarmerie Bersama)
  • Menyelenggarakan penilikan bersama atas impor dan ekspor
Perdana Menteri Syahrir menolak gendarmerie bersama. Kemudian, Amir Syarifuddin yang memimpin kabinet berikutnya kembali memberikan jawaban yang pada dasarnya sama.

Pada tanggal 15 Juli 1947, Belanda kembali mengirm not. Belanda tetap menuntut gendarmerie bersama dan minta agar Republik Indonesia menghentikan permusuhan terhadap Belanda. Dalam waktu 32 jam Republik Indonesia harus memberi jawaban kepada Belanda

Pada tanggal 17 Juli 1947, Pemerintah Republik Indonesia memberi jawaban yang disampaikan Amir Syarifuddin melalui RRI Yogyakarta. jawaban itu ditolak Belanda.

Pada tanggal 20 Juli 1947, Van Mook mengumumkan bahwa pihak Belanda tidak mau berunding lagi dengan Indonesia. Belanda tidak terikat lagi dengan perjanjian Linggarjati. Pada tanggal 21 Juli 1947, Belanda menyerang daerah-daerah Republik Indonesia. Serangan militer ini dikenal dengan nama Agresi Militer I

Belanda Menyebut agresi ini dengan sebutan Aksi Polisinil. Menurut Belanda, seluruh Indonesia adalah wilayah kekuasaannya yang utuh setelah Belanda menyatakan diri tidak terikat lagi pada perjanjian Linggarjati.
Pesawat Dakota yang Membawa obat-obatan dari Singapura jatuh ditembak pesawat belanda pada tanggal 29 Juli 1947 di Yogyakarta. Para penerbang Indonesia yang gugur adalah : A. Adisutjipto, Dr. Abdurachaman Saleh, dan Adi Sumarmo Wirjokusumo

Sasaran Utama Agresi Militer Belanda I adalah Jawa dan Sumatera. Jawa dan Sumatera menjadi sasaran Utama dengan alasan untuk mempersempit Wilayah RI dan ingin menduduki kota-kota yang strategis dan penting

Dalam Agresi Militer I Ini, Belanda berhasil menguasai Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah sebelah utara, sebagian Jawa Timur, Madura, dan Sebagian Sumatra Timur. Di Daerah-daerah tersebut Belanda mendirikan negara-negara Bagian.

Belanda melancarkan Agresi militer dengan Tujuan

  • Mengepung ibu kota RI dan menghapuskan kedaulatan RI (Tujuan Politik)
  • Merebut pusat-pusat penghasil makanan dan bahan ekspor (Tujuan Ekonomi)
  • Menghancurkan TNI (Tujuan Militer)

Agresi Militer I ini mendapat reaksi dari dunia Internasional. Inggris dan Amerika Serikat tidak menyetujui tindakan agresi ini. India dan Australia mengajukan usul agar soal Indonesia dibahas dalam Dewan Keamanan,

Pada tanggal 1 Agustus 1947, Dewan Keamanan PBB mendesak Indonesia dan Belanda untuk mengadakan gencatan senjata. Pada tanggal 4 Agustus 1947, Republik Indonesia dan Belanda mengumumkan gencatan senjata. Dengan demikian, berakhirlah Agresi Militer Belanda yang pertama.
Meskipun secara resmi telah ada gencatan senjata, Belanda masih berusaha memperluas wilayahnya. Batas terakhir perluasan wilayah yang dikuasai Belanda itulah yang dituntut sebagai garis demarkasi. Garis Demarkasi adalah garis khayal yang kemudian dikenal sebagai "Garis Van Mook"

Untuk Mengawasi pelaksanaan gencatan Senjata dibentuk Komisi Konsuler Anggota komisi berasal dari beberapa Konsul Jendral di Indonesia. Komisi ini diketuai oleh Dr. Walter Foote (Konsul Jendral Amerika Serikat). Anggotanya terdiri dari Konsul Jendral China, Belgia, Perancis, Inggris dan Australia. Dalam laporannya kepada Dewan Keamanan PBB, Komisi Konsuler menyatakan Bahwa:
  • Sejak Tanggal 30 Juli - 4 Agustus 1947, pasukan Belanda masih mengadakan gerakan-gerakan militer;
  • Pemerintah Indonesia menolak garis demarkasi (Garis Van Mook) yang dituntut Belanda; dan
  • Perintah penghentian tembak-menembak dirasakan tidak memuaskan
Agresi Militer Belanda II
Pertikaian yang terjadi di kalangan Republik Indonesia akibat dari perjanjian Renville, kegoncangan di kalangan TNI, serta penumpasan pemberontakan PKI di Madiun menyita kekuatan Republik Indonesia. Situasi itu memberi kesempatan bagi Belanda untuk menekan Republik Indonesia.

Perundingan-perundingan yang dilakukan di bawah pengawasan KTN selalu menemu jalan buntu. Pada tanggal 13 Desember 1948, Mohammad Hatta meminta kembali KTN untuk menyelenggarakan perundingan dengan Belanda.

Pada tanggal 18 Desember 1948, Dr. Beel menyatakan bahwa pihak Belanda tidak mengakui dan tidak terikat lagi dengan perjanjian Renville. Oleh Karena itu,  Belanda merasa bebas melaksanakan agresi terhadap Republik Indonesia.

Belanda dengan seluruh kekuatan melakukan Agresi Militer II pada tanggal 19 Desember 1948 dengan menyerbu Yoguakarta. Lapangan terbang Maguwo dapat dikuasai oleh Belanda. Serangan Belanda ke Yogyakarta dilakukan sangat mendadak. Dalam waktu yang relatif singkat, Yogyakarta dapat dikuasai Belanda. Para pimpinan RI ditangkap Belanda. 

Para pemimpin RI yang ditangkap oleh Belanda antara lain Soekarno, Hatta, Syahrir, Agus Salim, Mohammad Roem, dan A.G Pringgodigdo. Mereka diterbangkan ke Prapat, Sumatera. Presiden Soekarno sebelum ditawan memberi kuasa kepada Safrudin Prawiranegara yang berada di Sumatera untuk membentuk pemerintahan Darurat (Pemerintahan Darurat Republik Indonesia/PDRI) di Bukittinggi (Sumatera Barat)

Dengan Agresi Militer Belanda II dapat dikatakan bahwa Belanda memperoleh kemenangan besar, karena dapat menangkap semua pucuk pimpinan RI. Akan tetapi, dengan aksi penawanan oleh Belanda tersebut ternyata RI tidak lenyap. Belanda harus berhadapan dengan pasukan geriliya yang kerap menyulitkan pihak Belanda. Kontak senjata dan diplomasi terus dilakukan.

Serbuan Belanda atau Agresi Militer II mendapat reaksi masyarakat internasional. Pada tanggal 7 Februari 1949, suara simpati kepada Indonesia atas terjadinya serbuan Belanda datang dari Amerika Serikat. Rasa simpati Amerika Serikat terhadap Indonesia diwujudkan dengan pernyataan-pernyataan sebagai Berikut.

  • Amerika Serikat menghentikan semua bantuan kepada Belanda sampai negeri ini menghentikan permusuhannya dengan Indonesia.
  • mendesak pihak Belanda supaya menarik pasukannya ke belakang garis status quo renville
  • Membebaskan pemimpin-pemimpin Indonesia yang ditawan sejak 18 Desember 1948.
  • Mendesak Belanda untuk membuka kembali perundingan yang jujur dengan Indonesia atas dasar Persetujuan Renville
Rasa simpati dunia internasional tidak hanya datang dari Amerika Serikat saja, tetapi juga dari Rusia, China, Kolumbia, dan negara-negara anggota PBB lainnya.

Karena tekanan Politik dan militer itulah akhirnya Belanda mau menerima perintah Dewan keamanan PBB untuk menghentikan Agresinya

ya, tadilah adalah Agresi Militer Belanda I dan II. semoga kita bisa menambah wawasan tentang ilmu sejarah Indonesia. mohon maaf bila ada kesalahan kata atau kalimat pada pembahasan ini. Terimakasih
Wassalammualaikum, Wr.Wb

Artikel Yang Lain:
-Pertempuran di Surabaya
-G30SPKI
-Runtuhnya Pemerintah Orde Baru