Thursday 31 March 2016

Gerakan 30 September 1965/PKI (G30SPKI).

Assalammualaikum Wr.Wb
Selamat Malam
Saya akan membahas Gerakan 30 September 1965/PKI (G30SPKI).

-Gerakan 30 September 1965/PKI (G30SPKI)
Dimasa demokrasi terpimpin, PKI memperoleh kesempatan yang besar untuk meraih cita-citanya. PKI bercita-cita mengubah negara kesatuan yang berdasarkan Pancasila dengan negara yang berideologi komunis. D.N Aidit sebagai pimpinan PKI mendukung konsep demokrasi terpimpin yang berporoskan Nasionalis, Agama, dan Komunis (NASAKOM).

A. Tahap Persiapan.
PKI melakukan berbagai kegiatan untuk memperoleh simpati dan dukungan luas dari pemerintah dan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan antara lain:
1. Mengirim Sukarelawan dalam konfrontasi dengan Malaysia.
2. Melakukan "Aksi Sepihak" tahun 1963, terutama di Jawa, Bali, dan Sumatera Utara dengan membagikan tanah kepada petani.
3. Melakukan demonstrasi, menuntut kenaikan upah di pabrik-pabrik, perusahaan, dan perkebunan.
4. Memberikan latihan politik dan militer kepada anggota pemuda rakyat dan gerwani. PKI akhirnya menuntut pemerintah agar membentuk angkatan ke-5 yang terdiri dari dari buruh, petani, dan nelayan yang dipersenjatai.
5. Menghancurkan lawan politiknya dengan jalan mendukung pemerintah untuk membubarkan Masyumi, Murba, Manikebu (Manifesto Kebudayaan)
6. Menyebakan isu tentang adanya Dewan Jendral dalam Angkatan Darat yang akan mengambil alih kekuasaan secara paksa dengan bantuan Amerika Serikat. Tuduhan ini dibantah oleh Angkatan Darat. Sebaliknya, Angkatan Darat menuduh PKI yang akan melakukan kudeta.

B. Tahap Pelaksanaan
Berita tentang semakin memburuknya kesehatan Presiden Soekarno menimbulkan ketegangan di kalangan pemimpin politik nasional. Ketegangan ini mencapai puncaknya pada pemberontakan tanggal 30 September 1965 terjadi penculikan dan pembunuhan terhadap para perwira Angkatan Darat yang dipimpin langsung oleh Letkol Untung (Komandan Batalyon I Cakrabirawa). Operasi itu dibantu oleh satu Batalyon dari Divisi Diponegoro, satu Batalyon dari Divisi Brawijaya dan orang sipil dari pemuda rakyat.

Para perwira tinggi yang diculik dan dibunuh adalah:
1, Letnan Jendral Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat)
2. Mayor Jendral R.Suprapto (Deputi II Pangad)
3. Mayor Jendral S.Parman (Deputi III Pangad)
4. Brigadir Jendral D.I Panjaitan (Asisten IV Pangad)
5. Brigadir Jendral Sutoyo Siswomihardjo (Inspektur Kehakiman/ Oditur Jendral Angkatan Darat).

Jendral A.H Nasution  yang menjadi sasaran utama penculikan berhasil meloloskan diri. Akan tetapi, Ade Irma Suryani (Putrinya) tewas tertembak para penculik. Sementara itu Letnan Satu Piere A. Tendean (ajudan Jendral Nasution) menjadi sasaran penculikan. Aksi penculikan juga menewaskan Brigadir Polisi Karel Satsuit Tubun (pengawal rumah Wakil Perdana Menteri II Dr. J, Leimena). Rumah J Leimena berdampingan dengan Rumah A.H Nasution.

PKI Sudah menguasai Studio RRI Pusat dan gedung telekomunikasi. Melalui RRI, pada tanggal 1 Oktober 1965, Letkol Untung menyiarkan pengumuman tentang Gerakan 30 September yang ditunjukan kepada jendral- jendral anggota Dewan Jendral yang akan melakukan kudeta (perebutan kekuasaan). Presiden Soekarno berangakat menuju Bandara Halim Perdana Kusuma. Presiden Soekarno segera mengeluarkan perintah agar seluruh rakyat Indonesia tetap tenang dan meningkatkan kewaspadaaan serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa

Sementara itu di Yogyakarta, pemberontak G30S/PKI yang dipimpin Mayor Mulyono menculik Kolonel Katamso (Komandan Korem 072) dan Letkol Sugiyono (kepala Staf). Kedua perwira itu dibunuh di asrama Batalyon L di Desa Keuntungan (di luar kota Yogyakarta.

C. Menumpas Gerakan 30 September 1965/PKI
Operasi Penumpasan G 30S/PKI dilancarkan pada tanggal 1 Oktober 1965. Mayor Jendral Soeharto yang menjabat panglima Komando Strategis Angkatan darat (Kostrad) mengambil alih komando Angkatan Darat karena menteri panglima Angkatan Darat (Letjend Ahmad Yani) belum diketahui nasibnya.

Panglima Kostrad memimpin operasi penumpasan terhadap G30S/PKI dengan menghimpun pasukan lain, termasuk Divisi Siliwangi, Kavaleri, dan RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat) di bawah pimpinan Kolonel Sarwo Edhi Wibowo. Studio RRI Pusat, gedung besar telekomunikasi dapat direbut kembali. Operasi diarahkan ke Halim Perdana Kusuma. Halim Perdana Kusuma dapat dikuasai pasukan yang dipimpin oleh Kolonel Sarwo Edhi Wibowo pada tanggal 2 Oktober 1965. Karena tidak ada dukungan dari masyarakat dan angggota angkatan bersenjata lainnya, para pemimpin dan tokoh pendukung G30S/PKI termasuk pemimpin D.N Aidit melarikan diri.

Atas petunjuk Sukitman (seorang polisi), diktahui bahwa perwira-perwira Angkatan Darat yang diculik dan dibunuh telah dikuburkan/ditanam di Lubang Buaya. Pada Tanggal 3 Oktober 1965, ditemukan mukan tempat kuburan para jendral itu. Pengambilan jenazah dilakukan pada tanggal 4 Oktober 1965 oleh RKPAD dan Marinir/

Seluruh Jendral korban G30S/PKI dibawa ke Rumah sakit Pusat Angkatan Darat  Gatot Subroto untuk dibersihkan dan disemayamkan di Markas Besar Angkatan Darat. Keesokan harinya bertepatan dengan hari ulang tahun ABRI, 5 Oktober 1965 para jenazah dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Mereka diberi gelar pahlawan Revolusi.

Untuk mengikis habis sisa-sisa G30S/PKI dilakukan operasi-operasi penumpasan, Yakni:
1. Operasi Merapi di Jawa Tengah dilakukan RPKAD dipimpin oleh Kolonel Sarwo Edhi Wibowo
2. Operasi Trisula di Blitar Selatan dilakukan Kodam VIII/Brawijaya yang dipimpin oleh Mayjen M.Yasin dan Kolonel Witarmin
3. Operasi Kikis di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Dengan adanya operasi-operasi diatas, para pemimpin/tokoh-tokh PKI dapat ditangkap sekaligus ditembak mati. Operasi penumpasan itu mengakibatkan kekuatan PKI dapat dilumpuhkan.

Dalam rangka menyelesaikan Gerakan 30 September, pada tanggal 6 Oktober 1965 Presiden Soekarno mengadakan sidang paripurna Kabinet Dwikora. Dalam sidang tersebut Presiden Soekarno menyatakan sikapnya demikian:
"Presiden/Panglima Tertinggi ABRI/Pemimpin Besar Revolusi, Bung Karno menandaskan bahwa mengutuk pembunuh-pembunuh  buas yang dilakukan oleh petualang-petualang kontra revolusi dari apa yang menanamkan Dewan Revolusi. Hanya saya yang bisa mendemisioner kabinet dan bukan orang lain".

D. Kesatuan aksi dalam menumbangkan Orde Lama.

Aksi yang dilakukan oleh Gerakan 30 September segera mendapat perlawanan dan reaksi keras dari masyarakat yang menemukan bukti keterlibatan PKI dalam gerakan tersebut.

Akhir Oktober 1965, Persatuan aksi yang di bentuk para Mahasiswa, Pelajar dan berbagai organisasi lainnya menuntut pemerintah untuk membubarkan PKI dan Organisasi pendukungnya. Pemerintah tidak segera menanggapi tuntutan masyarakat dan Nasakom tetap dijadikan prinsip kegiatan politik nasional.

Kesatuan aksi pada tanggal 26 Oktober 1965 membentu satu Front, yaitu "Front Pancasila". Gelombang demonstrasi menuntut dibubarkannya PKI di berbagai daerah, Hal itu menjurus ke arah konflik politik yang mengakibatkan korban jiwa yang besar didalam masyarakat, terutama di Jawa, Bali dan Sumatera Utara.

Pada tanggal 10 Januari 1966, kesatuan aksi yang tergabung dalam "Front Pancasila" melakukan demonstrasi di muka gedung DPR-GR. Mereka mengajukan tiga tuntutan hati nurani rakyat yang dikenal dengan nama "Tritura" (Tiga Tuntutan Rakyat). Isi Tritura adalah:
1. Bubarkan PKI
2. Bersihkan Kabinet dari unsur-unsur G30S/PKI
3. Turunkan Harga Barang

Aksi Menetang PKI ditunjukan saat pelantikan anggota kabinet Dwikora yang disempurnakan pada tanggal 24 Februari 1966. Para demonstran menggelar aksi untuk menggagalkan persemian kabinet. Dalam bentrokan di depan Istana Merdeka, seorang mahasiswa yang bernama Arief Rachman Hakim gugur terkena tembakan resimen Cakrabirawa. Pada tanggal 25 Maret 1966, Presiden Soekarno membubarkan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI)

Selesai Peristiwa G30S/PKI. Semoga kita bisa bertemu di Threads selanjutnya. Saya Mohon Maaf bila ada kesalahan pengetikan kata dan kalimat. Terimakasih

Wassalammualaikum, Wr.Wb

Artikel yang lain :
- peristiwa pemberontakan di indonesia (Bag.II)
- Serangan Umum 1 Maret 1949

Peristiwa Pemberontakan di Indonesia Bag. II

Assalammualaikum, Wr. Wb
Selamat Siang
Saya akan melanjutkan Threads yang lalu tentang Pemberontakan di Indonesia

- Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah
seperti di Jawa Barat, unsur-unsur pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah sudah mulai ada sejak masa perang kemerdekaan. Di jawa tengah, pemberontakan DI/TII terjadi di berbagai daerah

Pada mulanya pemberontakan DI/TII di Jawa tengah di pimpin oleh Amir Fatah. Gerakan Amir Fatah yang menamakan diri Majelis Islam bergerak di daerah Brebes, Tegal, dan Pekalongan. Setelah bergabung dengan Kartosuwiryo, Amir Fatah diangkat sebagai Komandan Pertempuran Jawa Tengah.

Sementara itu, di daerah Kebumen terjadi pemberontakan yang digerakan Angkatan Umat Islam yang dipimpin oleh Moh. Mahfudz Abdul Rachman (Kyai Somolangu). Pemberontakan ini dapat ditumpas dalam waktu tiga bulan. Sisa-sisa laskar yang lolos bergabung dengan DI/TII Kartosuwiryo.

Pada Mulanya gerakan DI/TII di Jawa Tengah sudah mulai terdesak oleh TNI. Akan tetapi, pada bulan Desember 1951 mereka menjadi kuat kembali karena mendapat bantuan dari Batalyon 426. Batalyon 426 di daerah Kudus dan Magelang memberontak dan menggabungkan diri dengan DI/TII. Kekuatan batalyon pemberontak ini dapat dihancurkan. Sisa-sisanya lari ke Jawa Barat bergabung dengan DI/TII Katosuwiryo.

Sementara itu, di daerah Merapi dan Merbabu terjadi kerusuhan yang dilakukan gerakan Merapi Merbabu Complex (MMC). Gerakan ini dapat dihancurkan TNI pada bulan April 1952. Sisa - Sisanya menggabungkan diri dengan DI/TII. Kekuatan DI/TII di daerah Jawa Tengah yang semula dapat di patahkan justru menjadi kuat kembali karena bergabungnya sisa - sisa Batalyon 426.

Untuk mengatasi pemberontakan itu, segera dibentukan pasukan Banteng Raiders. Pasukan itu kemudian mengadakan operasi kilat yang dinamakan Gerakan Banteng Negara (GBN). Pada tahun 1954, gerakan DI/TII di Jawa Tengah dapat dihancurkan setelah pusat kekuatan gerakan DI/TII di perbatasan Pekalongan-Banyumas Dihancurkan.

-Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan.
Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan dikobarkan oleh Ibnu Hadjar, seorang bekas Letnan Dua TNI. Ia Memberontak dan menyatakan gerakannya sebagai bagian DI/TII Kartosuwiryo. Dengan pasukan yang dinamakannya Kesatuan Rakyat yang Tertindas, Ibnu Hadjar menyerang pos-pos kesatuan tentara di Kalimantan Selatan  dan melakukan tindakan pengacauan pada bulan Oktober 1950.

Pemerintah memberi kesempatan kepada Ibnu Hadjar untuk menghentikan pemberontakannya secara baik-baik. Ia pernah menyerahkan diri dengan pasukannya, Ia diterima kembali ke dalam Angkatan Perang Republik Indonesia. Namun ia melarikan diri dan melanjutkan pemberontakan. Pemerintah RI akhirnya mengambil tindakan tegas. Pada akhir tahun1959, pasukan gerombolan Ibnu Hadjar dapat dimusnahkan. Ibnu Hadjar sendiri ditangkap.

-Pemberontakan DI/TII di Aceh.
Pemberontakan DI/TII di aceh dipimpin oleh Tengku Daud Beureueh. Pemberontakan meletus karena kekhawatiran akan kehilangan kedudukana dan perasaan kecewa diturunkannya kedudukan Aceh dari daerahn istimewa menjadi karesidenan di bawah Provinsi Sumatra Utara.

Semula Tengku Daud Beureueh adalah Guberur Militer daerah istimewa aceh. Ketika pada tahun 1950, kedudukan aceh diturunkan dari pronvinsi menjadi Karesidenan, Daud Beureuh tidak puas karena jabatanya diturunkan. Pada tanggal 20 September 1953. Daud Beureuh mengeluarkan maklumat yang menyatakan bahwa Aceh merupakan negara bagian NII di bawah Kartosuwiryo. Setelah itu, Tengku Daud Beureuh Mengadakan gerakan dan mempengaruhi rakyat melalui propaganda bernada negatif terhadap pemerintah RI.

Untuk menghadapi gerakan itu, Pemerintah RI mengirim pasukan yang dilengkapi persenjataan lengkap. Setelah beberapa tahun dikepung, baru pada tanggal 21 Desember 1962 tercapailah Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh. Banyak dari gerombolan itu yang kembali ke pengakuan RI. Dengan demikian, pemberontakan DI/TII di Aceh dapat diselesaikan dengan cara damai. pemimpin dari gerakan ini pun setuju untuk kembali ke pengakuan RI. prakarsa penyelesaian Aceh tersebut dipimpin oleh Kolonel M. Jasin, Panglima Kodam I Iskandar Muda.

-Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan
Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan di pimpin oleh Kahar Muzakar. Kahar Muzakar adalah seorang pejuang kemerdekaan yang selama perang Kemerdekaan ikut berjuang di Pulau Jawa. Setelah Proklamasi kemerdekaan Kahar Muzakar kembali ke Sulawesi Selatan. Ia berhasil menghimpun dan memimpin laskar-laskar geriliya di Sulawesi Selatan. Laskar- laskar itu bergabung dalam Komando Gerliya Sulawesi Selatan (KGSS).

Pada Tanggal 30 April 1950, Kahar Muzakar mengirim surat kepada pemerintah dan pimpinan APRIS. Ia meminta agar semua Anggota KGSS dimasukkan dalam APRIS dengan nama Brigade Hasannudin. Permintaan itu ditolak karena hanya mereka yang lulus dalam penyaringan saja yang dapat diterima dalam APRIS. Pemerintah mengambil kebijaksanaan untuk menyalurkan bekas gerilyawan  ke dalam Korps Cadangan Nasional. Kahar Muzakar sendiri diberi pangkat Letnan Kolonel.

Pendekatan-pendekatan yang dilakukan pemerintah tampaknya akan membawa hasil. Akann tetapi, pada saat akan dilantik, Kahar Muzakar bersama anak buahnya melarikan diri ke hutan dengan mebawa berbagai peralatan yang diberikan. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 17 Agustus 1951. Pada bulan Januari 1952, Kahar Muzakar menyatakan daerah Sulawesi Selatan sebagai bagian dari NEgara Islam Indonesia di bawah Pimpinan Kartosuwiryo.

Pemerintah memutuskan untuk mengambil tindakan tegas dan mulai melancarkan Operasi Militer. Operasi Penumpasan pemberontakan Kahar Muzakar memakan waktu yang lama. Pada Bulan Februari 1965, Kahar Muzakar tewas dalam suatu penyerbuan, Bulan Juli 1965, Gerungan (orang kedua setelah Kahar Muzakar) dapat ditangkap. Dengan demikian, berakhirlah pemberontakan DI/TII

Sekian dulu Threads dari saya, Mohon Maaf bila ada kesalahan penulisan. Semoga saya bisa melanjutkan Threads Berikutnya yang membahas G30S PKI. Terimakasih.

Wassalammualaikum, Wr.Wb

Wednesday 30 March 2016

Berbagai Peristiwa Pemberontakan (Bag. I)

Assalamualaikum, Wr.Wb
Selamat Malam
dalam bahasan kali ini saya akan membahas tentang Berbagai Peristiwa pemberontakan di Indonesia. dimulai dari Pemberontakan PKI di Madiun sampai dengan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) diberbagai daerah dan pemberontakan G30S PKI.

1. Pemberontakan PKI di Madiun
A. Latar Belakang
Setelah penandatanganan persetujuan renville, timbul pro dan kontra terhadap persetujuan tersebut. pada waktu itu, Partai Masyumi dan PNI menarik diri dari kabinet. Masyumi dan PNI adalah 2 partai besar pendukung kabinet yang dipimpin oleh Amir Syarifuddin. Akbitnya, kabinet Amir Syarifuudin jatuh.

Kabinet baru pun dibentuk dengan Mohammad Hatta sebagai Perdana Menteri. Akan tetapi, partai-partai yang berhaluan sosialis-komunis tidak ikut dalam kabinet yang baru tersebut. Akibatnya, terjadilah pertentangan dengan yang makin tajam antara kelompok sosialis-Komunis  dan pendukung kabinet Hatta.

Amir Syarifuddin menetang Politik pemerintah. ia mendirikan Front Demokrasi Rakyat (FDR). Front Demokrasi Rakyat ini terdiri dari organisasi - organisasi ekstrem kiri. mereka melancarkan propaganda antipemirintah, melakukan pemogokan dan pengacauan.

B. Terjadinya Pemberontakan PKI.
Golongan anti-pemerintah semakin kuat setelah Muso kembali dari Rusia. mereka berpendapat bahwa pimpinan nasional harus dikendalikan PKI. Gerakan Anti-pemerintah memuncak dengan pecahnya pemberontakan PKI di Madiun.

Melalui Pemberontakan PKI di Madiun, PKI sebenarnya berusaha merebut kekuasaan dan menjadikan Republik Indonesia sebagai negara komunis. Rencana perebutan kekuasaaan diawali dengan demonstrasi, penculikan dan pembunahan tokoh- tokoh yang dianggap musuh di kota Solo. selain itu, kesatian - kesatuan TNI saling Diadu. pada tanggal 11 September 1948, terjadi bentrokan antara pasukan pro pemerintah (Divisi Siliwangi) dengan Pasukan Pro PKI (Divisi IV). untuk mengatasi keadaan, pemerintah mengangkat Kolonel Gatot Subroto sebagai Gubernur Militer Surakarta dan sekitarnya (Semarang, Pati, dan Madiun).

Pada tanggal 18 September 1948, PKI dapat menguasai daerah Madiun dan sekitarnya. Pada tanggal 19 September 1948, PKI Mengumumkan pembentukan pemerintahan baru. Selain di Madiun, PKI mencapai tujuan politiknya, PKI tidak segan-segan menggunakan kekerasan dan kekejaman. Kekejaman yang dilakukan PKI bahkan diluar batas kemanusiaan. Semula lapisan masyarakat menjadi korban keganasan mereka.

Setelah PKI menguasai Madiun, Presiden Soekarno mengambil tindakan tegas terhadap para pemberontak. Para perwira yang terlibat dalam pemberontakan PKI di madiun dipecat. Ketegasan sikap Presiden Soekarno tersebut tampak dari bagian pidato yang ditunjukan kepada rakyat Indonesia Berikut ini.

"Rakyatku yang tercinta. Atas nama perjuangan untuk Indonesia Merdeka, aku berseru kepadamu: pada saat yang begini genting dimana engkau di mana engkau dan kita sekalian mengalami percobaan yang sebesar-besarnya dalam menentukan nasib kita sendiri, bagimu ada pilihan antara dua: ikut Muso dengan PKI-nya yang akan membawa bangkrutnya cita-cita Indonesia Merdeka, atau ikut Soekarno-Hatta, yang insya Allah dengan bantuan tuhan akan memimpin Negara RI kita ke Indonesia yang merdeka, tidak dijajah oleh negeri apapun juga".

Operasi penumpasan Pemberontakan PKI Madiun berakhir pada awal bulan Desember 1948. Operasi itu dilaksanakan oleh pasukan gabungan yang dipimpin Kolonel Gatot Subroto dari Jawa Tengah, Kolonel Sungkono dari Jawa Timur, dan Pasukan Divisi III Siliwangi di Jawa Barat. Muso tertembak dalam pengejaran di ponorogo, sedangkan Amir Syarifuddin tertangkap dan dihukum mati.

2. Pemberontakan DI/TII
Rongrongan terhadap keamanan dalam negeri juga dilakukan DI/TII. pemberontakan DI/TII merupakan suatu usaha untuk mendirikan negara Islam di Indonesia. Pemberontakan DI/TII terjadi di beberapa daerah di Indonesia, antara lain di Jawa Barat, di Jawa Tengah, di Aceh, di Kalimantan Selatan dan di Sulawesi Selatan.

- Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat
Gerakan DI/TII di Jawa Barat muncul pada waktu terjadi penarikan pasukan TNI dari wilayah yang diduduki Belanda ke wilayah RI sebagai akibat persetujuan Renville. Akan Tetapi, anggota Hizbullah dan Sabillillah tidak mengikuti ketentuan persetujuan Renville. Kedua laskar itu berada di bawah pengaruh Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo.

Semula, Kartosuwiryo ikut bergeriliya di daerah Jawa Barat. Ia Ingin mendirikan Negara Islam lepas dari Republik Indonesia. Untuk itu ia menghimpun orang - orang yang setia kepadanya dalam tentara Darul Islam. Pada tanggal 4 Agustus 1949 Kartosuwiryo memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII).

Tindakan Kartosuwiryo itu membahayakan persatuan dan kesatuan nasional. Rakyat pun sanagt dirugikan karena Kartosuwiryo dan anggotanya melakukan teror, pembunuhan, pengrusakan dan pengambilan harta kekayaan penduduk secara paksa.

Penumpasan Gerakan DI/TII di Jawa Barat memakan waktu yang lama. Baru pada tahun 1960-an Divisi Siliwangi mulai melancarkan operasi secara sistematis dan besar-besaran. dengan dibantu rakyat dalam operasi "Pagar Betis" , pada tahun 1962 gerombolan DI/TII akhirnya dapat dihancurkan. Kartosuwiryo dapat ditangkap  di Gunung Geber. Ia kemudian dihukum mati.

Sekian dulu pembahasan saya tentang peristiwa pemberotakan di Indonesia. semoga saya bisa melanjutkannya sampai G30S PKI. Semoga bermanfaat pembahasan saya. Saya Ucapkan terimakasih.
Wassalammualaikum, Wr.Wb

Tuesday 22 March 2016

Musikilasi Puisi

Saya akan melampirkan (mungkin) Musikalisasi Puisi. semoga teman  - teman bisa melihatnya.
Terima Kasih

Youtube : Musikalisasi Puisi
Download : Musikalisasi Puisi

Wednesday 16 March 2016

Ujian Praktek TIK 2016 SMP Negeri 49 Bandung

Disini saya sediakan unduhan Ujian Praktek 1 berupa Microsoft Word, Ujian Praktek 2 berupa Microsoft Excel dan Ujian Praktek 3 berupa Microsoft Power Point. Semoga bisa di pelajari dan di pahami

Terimakasih

Ujian Praktek 1 
Ujian Praktek 2
Ujian Praktek 3