Tuesday 7 June 2016

Serangan Umum 1 Maret 1949

Assalammualaikum, Wr.Wb
Selamat pagi para pengunjung blog ini.
Pada Kesempatan hari ini saya akan membahas tentang Serangan umum 1 Maret 1949. Kita langsung ke pembahasan-nya.

Serangan Umum 1 Maret 1949.
Serangan Umum 1 Maret dilancarkan oleh pasukan RI untuk merebut kembali Kota Yogyakarta (Ibu kota Republik Indonesia) yang dikuasai oleh Belanda sejak agresi militer ke-2.

Beberapa waktu sebelum serangan umum dilancarkan, Letkol Soeharto sebagai komandan Brigade 10 melakukan komunikasi dan koordinasi dengan penggagas-nya, yaitu Sri Sultan Hamengkubuwono IX (Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta). Koordinasi itu penting untuk menyusun strategi serangan umum 1 Maret 1949. Selain itu, beberapa kesatuan diperintahkan untuk menyusup kedalam kota Yogyakarta, di antaranya adalah kesatuan khusus di bawah pimpinan Kapten Widodo.  Beliau bertugas untuk memutuskan hubungan antara pos-pos penjaga Belanda di dalam kota, diantara lain dengan memasang ranjau darat.

Untuk mempermudah koordinasi penyerangan , wilayah penyerangan dibagi 5, yaitu:
  1. Sektor Barat, dipimpin oleh Letkol Vence Sumual.
  2. Sektor Selatan, dipimpin oleh Mayor Sarjono.
  3. Sektor Utara, dipimpin oleh Mayor Kusno.
  4. Sektor kota, dipimpin oleh Letnan Amir Murtono dan Letnan Marsudi
  5. Sektor Barat, di bawah pimpinan Letkol Soeharto (Sampai perbatasan Malioboro)
Yang dijadikan patokan sebagai tanda mulainya serangan adalah bunyi sirene puku 06.00 pagi yang biasa dibunyikan di kota Yogyakarta waktu itu. Pasukan Belanda tidak menduga akan ada serangan, sehingga dalam waktu yang relatif singkat pasukan TNI berhasil memukul mundur semua posisi pasukan Belanda dan memaksa mereka bertahan dalam markas-nya di dalam kota Yogyakarta. Pasukan TNI berhasil menduduki kota Yogyakarta selam 6 Jam, sesuai dengan rencana semula, sekitar pukul 12.00. TNI mulai mundur keluar kota sebelum pasukan Belanda tiba.

Berita serangan ini disiarkan keluar melalui pemancar radio di Wonosari. Waktu Belanda melancarkan serangan batasan , pemancar radio tersebut menjadi sasaran utama. Peristiwa serangan umum 1 Maret 1949 ini juga dilaporkan oleh R. Sumardi ke pemerintah PDRI di Bukittinggi melalui radiogram. Berita ini kemudain disampaikan kepada Diplomat RI New York.

Serangan umum 1 Maret mempunyai arti penting, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Serangan umum 1 Maret mencapai tujuannya yaitu:

- Kedalam

  1. Mendukung perjuangan Diplomasi
  2. Meninggikan semangat rakyat dan TNI yang sedang bergerilya
  3. secara tidak langsung telah mempengaruhi sikap para pemimpin negara fedreal bentukan Belanda (Seperti negara Pasundan, negara Sumatra Timur, dan Negara Indonesia Timur) Yang bergabung dalam Bijeenkomst Federal Voor Overleg (BFO)
- Ke luar

  1. Menunjukan kepada dunia Internasional bahwa TNI masih ada dan mampu mengadakan serangan
  2. Mematahkan moral pasukan Belanda.

ya, tadilah adalah Serangan Umum 1 Maret 1949. Semoga kita bisa menambah wawasan tentang ilmu sejarah Indonesia. mohon maaf bila ada kesalahan kata atau kalimat pada pembahasan ini. Terimakasih

Thursday 2 June 2016

Agresi Militer Belanda

Assalammu'alaikum Wr.Wb
Selamat siang
Pada kesempatan kali ini, saya akan membahas tentang Agresi Militer Belanda Ke-1 dan Ke-2. langsung saja kita bahas

Agresi Militer Belanda I
Perselisihan pendapat akibat penafsiran ketentuan-ketentuan dalam persetujuan Linggarjati makin memuncak. Belanda berusaha untuk menyelesaikan "masalah Indonesia" dengan cepat.

Pada tanggal 27 Maret 1947, Belanda mengirimkan nota kepada pemerintah Republik Indonesia. Nota itu berupa Ultimatum yang harus dijawab dalam waktu 14 hari. isi Nota tersebut berisi:
  • Membentuk pemerintahan Ad interim bersama.
  • Mengeluarkan uang bersama dan mendirikan lembaga devisi bersama.
  • Republik Indonesia harus mengirimkan beras untuk rakyat di daerah-daerah yang diduduki Belanda.
  • Menyelenggarakan keamanan  dan ketertiban bersama, termasuk daerah - daerah Republik Indonesia yang memerlukan bantuan Belanda (Gendarmerie Bersama)
  • Menyelenggarakan penilikan bersama atas impor dan ekspor
Perdana Menteri Syahrir menolak gendarmerie bersama. Kemudian, Amir Syarifuddin yang memimpin kabinet berikutnya kembali memberikan jawaban yang pada dasarnya sama.

Pada tanggal 15 Juli 1947, Belanda kembali mengirm not. Belanda tetap menuntut gendarmerie bersama dan minta agar Republik Indonesia menghentikan permusuhan terhadap Belanda. Dalam waktu 32 jam Republik Indonesia harus memberi jawaban kepada Belanda

Pada tanggal 17 Juli 1947, Pemerintah Republik Indonesia memberi jawaban yang disampaikan Amir Syarifuddin melalui RRI Yogyakarta. jawaban itu ditolak Belanda.

Pada tanggal 20 Juli 1947, Van Mook mengumumkan bahwa pihak Belanda tidak mau berunding lagi dengan Indonesia. Belanda tidak terikat lagi dengan perjanjian Linggarjati. Pada tanggal 21 Juli 1947, Belanda menyerang daerah-daerah Republik Indonesia. Serangan militer ini dikenal dengan nama Agresi Militer I

Belanda Menyebut agresi ini dengan sebutan Aksi Polisinil. Menurut Belanda, seluruh Indonesia adalah wilayah kekuasaannya yang utuh setelah Belanda menyatakan diri tidak terikat lagi pada perjanjian Linggarjati.
Pesawat Dakota yang Membawa obat-obatan dari Singapura jatuh ditembak pesawat belanda pada tanggal 29 Juli 1947 di Yogyakarta. Para penerbang Indonesia yang gugur adalah : A. Adisutjipto, Dr. Abdurachaman Saleh, dan Adi Sumarmo Wirjokusumo

Sasaran Utama Agresi Militer Belanda I adalah Jawa dan Sumatera. Jawa dan Sumatera menjadi sasaran Utama dengan alasan untuk mempersempit Wilayah RI dan ingin menduduki kota-kota yang strategis dan penting

Dalam Agresi Militer I Ini, Belanda berhasil menguasai Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah sebelah utara, sebagian Jawa Timur, Madura, dan Sebagian Sumatra Timur. Di Daerah-daerah tersebut Belanda mendirikan negara-negara Bagian.

Belanda melancarkan Agresi militer dengan Tujuan

  • Mengepung ibu kota RI dan menghapuskan kedaulatan RI (Tujuan Politik)
  • Merebut pusat-pusat penghasil makanan dan bahan ekspor (Tujuan Ekonomi)
  • Menghancurkan TNI (Tujuan Militer)

Agresi Militer I ini mendapat reaksi dari dunia Internasional. Inggris dan Amerika Serikat tidak menyetujui tindakan agresi ini. India dan Australia mengajukan usul agar soal Indonesia dibahas dalam Dewan Keamanan,

Pada tanggal 1 Agustus 1947, Dewan Keamanan PBB mendesak Indonesia dan Belanda untuk mengadakan gencatan senjata. Pada tanggal 4 Agustus 1947, Republik Indonesia dan Belanda mengumumkan gencatan senjata. Dengan demikian, berakhirlah Agresi Militer Belanda yang pertama.
Meskipun secara resmi telah ada gencatan senjata, Belanda masih berusaha memperluas wilayahnya. Batas terakhir perluasan wilayah yang dikuasai Belanda itulah yang dituntut sebagai garis demarkasi. Garis Demarkasi adalah garis khayal yang kemudian dikenal sebagai "Garis Van Mook"

Untuk Mengawasi pelaksanaan gencatan Senjata dibentuk Komisi Konsuler Anggota komisi berasal dari beberapa Konsul Jendral di Indonesia. Komisi ini diketuai oleh Dr. Walter Foote (Konsul Jendral Amerika Serikat). Anggotanya terdiri dari Konsul Jendral China, Belgia, Perancis, Inggris dan Australia. Dalam laporannya kepada Dewan Keamanan PBB, Komisi Konsuler menyatakan Bahwa:
  • Sejak Tanggal 30 Juli - 4 Agustus 1947, pasukan Belanda masih mengadakan gerakan-gerakan militer;
  • Pemerintah Indonesia menolak garis demarkasi (Garis Van Mook) yang dituntut Belanda; dan
  • Perintah penghentian tembak-menembak dirasakan tidak memuaskan
Agresi Militer Belanda II
Pertikaian yang terjadi di kalangan Republik Indonesia akibat dari perjanjian Renville, kegoncangan di kalangan TNI, serta penumpasan pemberontakan PKI di Madiun menyita kekuatan Republik Indonesia. Situasi itu memberi kesempatan bagi Belanda untuk menekan Republik Indonesia.

Perundingan-perundingan yang dilakukan di bawah pengawasan KTN selalu menemu jalan buntu. Pada tanggal 13 Desember 1948, Mohammad Hatta meminta kembali KTN untuk menyelenggarakan perundingan dengan Belanda.

Pada tanggal 18 Desember 1948, Dr. Beel menyatakan bahwa pihak Belanda tidak mengakui dan tidak terikat lagi dengan perjanjian Renville. Oleh Karena itu,  Belanda merasa bebas melaksanakan agresi terhadap Republik Indonesia.

Belanda dengan seluruh kekuatan melakukan Agresi Militer II pada tanggal 19 Desember 1948 dengan menyerbu Yoguakarta. Lapangan terbang Maguwo dapat dikuasai oleh Belanda. Serangan Belanda ke Yogyakarta dilakukan sangat mendadak. Dalam waktu yang relatif singkat, Yogyakarta dapat dikuasai Belanda. Para pimpinan RI ditangkap Belanda. 

Para pemimpin RI yang ditangkap oleh Belanda antara lain Soekarno, Hatta, Syahrir, Agus Salim, Mohammad Roem, dan A.G Pringgodigdo. Mereka diterbangkan ke Prapat, Sumatera. Presiden Soekarno sebelum ditawan memberi kuasa kepada Safrudin Prawiranegara yang berada di Sumatera untuk membentuk pemerintahan Darurat (Pemerintahan Darurat Republik Indonesia/PDRI) di Bukittinggi (Sumatera Barat)

Dengan Agresi Militer Belanda II dapat dikatakan bahwa Belanda memperoleh kemenangan besar, karena dapat menangkap semua pucuk pimpinan RI. Akan tetapi, dengan aksi penawanan oleh Belanda tersebut ternyata RI tidak lenyap. Belanda harus berhadapan dengan pasukan geriliya yang kerap menyulitkan pihak Belanda. Kontak senjata dan diplomasi terus dilakukan.

Serbuan Belanda atau Agresi Militer II mendapat reaksi masyarakat internasional. Pada tanggal 7 Februari 1949, suara simpati kepada Indonesia atas terjadinya serbuan Belanda datang dari Amerika Serikat. Rasa simpati Amerika Serikat terhadap Indonesia diwujudkan dengan pernyataan-pernyataan sebagai Berikut.

  • Amerika Serikat menghentikan semua bantuan kepada Belanda sampai negeri ini menghentikan permusuhannya dengan Indonesia.
  • mendesak pihak Belanda supaya menarik pasukannya ke belakang garis status quo renville
  • Membebaskan pemimpin-pemimpin Indonesia yang ditawan sejak 18 Desember 1948.
  • Mendesak Belanda untuk membuka kembali perundingan yang jujur dengan Indonesia atas dasar Persetujuan Renville
Rasa simpati dunia internasional tidak hanya datang dari Amerika Serikat saja, tetapi juga dari Rusia, China, Kolumbia, dan negara-negara anggota PBB lainnya.

Karena tekanan Politik dan militer itulah akhirnya Belanda mau menerima perintah Dewan keamanan PBB untuk menghentikan Agresinya

ya, tadilah adalah Agresi Militer Belanda I dan II. semoga kita bisa menambah wawasan tentang ilmu sejarah Indonesia. mohon maaf bila ada kesalahan kata atau kalimat pada pembahasan ini. Terimakasih
Wassalammualaikum, Wr.Wb

Artikel Yang Lain:
-Pertempuran di Surabaya
-G30SPKI
-Runtuhnya Pemerintah Orde Baru